Edelweis? edelweis apaan sih?
Sesosok bunga langka yang konon katanya tumbuh hanya di dataran setinggi lebih dari 3000 MDPL ini (walaupun penulis sendiri pernah menemukannya hanya di ketinggian 2000+ MDPL).
Kenapa penulis sempet2 nya nulis tentang artikel kaya gini? karene si penulis suka banget sama yg namanya Edelweis :D
>>>>>>>>kenapa suka? emang istimewanya apa??<<<<<<<<<<
sebenernya biasa aja sih, bukan karena si penulis seorang pecinta alam, bukan juga karena si penulis pengagum bunga.
Awal pertama penulis suka yang namanya edelweis itu waktu SD.
pernah dulu si penulis di tanya sama temennya ,
"eh, kenapa sih lo namanya Arif Budi Mawardi, kan cowok, emang ga ada nama selain Mawar apa?"
waktu itu si penulis menjawab . . .
"emang masalah, nama bagus kok, emang ada bunga yang lebih keren dari Mawar?"
terus temen si penulis itu njawab lagi,
" adaaaaa.. kalau ga salah namanya itu bunga edelwis . ituu bunganya ngak bisa mati seumur hidup!"
beranjak dari kata-kata temen waktu SD itu si penulis jadi mikir, penasaran emang ada bunga yang ngak mati?
setelah si penulis gede, suatu hari si penulis berpetualang ke hutan bersama ayahnya, ketika itu si penulis liat bunga edelweis, terus si ayah menerangkan secara detail tentang edelweis,
jadi apa sih sebenernya edelweis itu????
artikel di ambil dari beberapa sumber
Edelwise (kadang ditulis eidelweiss) atau Edelweis Jawa (Javanese edelweiss) juga dikenal sebagai Bunga Abadi yang mempunyai nama latin Anaphalis javanica, adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m.
Tumbuhan yang bunganya sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka.
edelwis merupakan perlambang cinta yang penuh ketulusan mengingat tekstur yang halus dan lembut dengan warnanya yang putih (walau ini sebenarnya tergantung kepada habitat di mana ia tumbuh yang menyebabkan warnanya agak kekuning-kuningan, keabu-abuan ataupun kebiru-biruan).
para (oknum) pecinta alam dan pendaki gunung yang merasa bangga jika bisa membawa edelweis pulang sebagai bukti bahwa ia telah menaklukkan sebuah gunung. Keserakahan dan mitos ini telah membuat edelweis sebagai bunga langka bahkan terancam kepunahan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Hakim Luqman dalam Kasodo, Tourism, and Local People Perspectives for Tengger Highland Conservation, menyimpulkan bahwa tanaman ini telah punah dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.
Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir tumbuhan ini. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tumbuhan ini dinyatakan punah.[2]
Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.
Yuph, itu dia tentang Edelweis, keren kan..
Sesosok bunga langka yang konon katanya tumbuh hanya di dataran setinggi lebih dari 3000 MDPL ini (walaupun penulis sendiri pernah menemukannya hanya di ketinggian 2000+ MDPL).
Kenapa penulis sempet2 nya nulis tentang artikel kaya gini? karene si penulis suka banget sama yg namanya Edelweis :D
>>>>>>>>kenapa suka? emang istimewanya apa??<<<<<<<<<<
sebenernya biasa aja sih, bukan karena si penulis seorang pecinta alam, bukan juga karena si penulis pengagum bunga.
Awal pertama penulis suka yang namanya edelweis itu waktu SD.
pernah dulu si penulis di tanya sama temennya ,
"eh, kenapa sih lo namanya Arif Budi Mawardi, kan cowok, emang ga ada nama selain Mawar apa?"
waktu itu si penulis menjawab . . .
"emang masalah, nama bagus kok, emang ada bunga yang lebih keren dari Mawar?"
terus temen si penulis itu njawab lagi,
" adaaaaa.. kalau ga salah namanya itu bunga edelwis . ituu bunganya ngak bisa mati seumur hidup!"
beranjak dari kata-kata temen waktu SD itu si penulis jadi mikir, penasaran emang ada bunga yang ngak mati?
setelah si penulis gede, suatu hari si penulis berpetualang ke hutan bersama ayahnya, ketika itu si penulis liat bunga edelweis, terus si ayah menerangkan secara detail tentang edelweis,
jadi apa sih sebenernya edelweis itu????
artikel di ambil dari beberapa sumber
Edelwise (kadang ditulis eidelweiss) atau Edelweis Jawa (Javanese edelweiss) juga dikenal sebagai Bunga Abadi yang mempunyai nama latin Anaphalis javanica, adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m.
Tumbuhan yang bunganya sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka.
edelwis merupakan perlambang cinta yang penuh ketulusan mengingat tekstur yang halus dan lembut dengan warnanya yang putih (walau ini sebenarnya tergantung kepada habitat di mana ia tumbuh yang menyebabkan warnanya agak kekuning-kuningan, keabu-abuan ataupun kebiru-biruan).
para (oknum) pecinta alam dan pendaki gunung yang merasa bangga jika bisa membawa edelweis pulang sebagai bukti bahwa ia telah menaklukkan sebuah gunung. Keserakahan dan mitos ini telah membuat edelweis sebagai bunga langka bahkan terancam kepunahan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Hakim Luqman dalam Kasodo, Tourism, and Local People Perspectives for Tengger Highland Conservation, menyimpulkan bahwa tanaman ini telah punah dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.
Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir tumbuhan ini. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tumbuhan ini dinyatakan punah.[2]
Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.
Yuph, itu dia tentang Edelweis, keren kan..