Sepulang sekolah, kusempatkan
waktu untuk bersandar disana .
Masa kecil kami berempat sebagai
saksi bisu keberadaan bangunan ini.
Menangis dan berebut makanan
adalah puisi bagi
Kami sejak kami hadir di dunia hingga
minginjak bangku TK.
Sepak bola, aktifitas kami sepulang
sekolah disini, dan berakhir ketika
orang tua memanggil kami Untuk
pulang dan mandi sore.

ada hari" diasana dimana aku tak akan pernah melupakannya,
Ramadhan, bulan penuh history di
tempat ini, dari mencuri' makanan
kecil seusai sholat subuh sampai
berebut petasan.

hingga SMP, kami tetap mengunjungi
tempat ini. Sayang waktu itu
persahabatan kami mulai
merenggang, hingga suatu saat
salah satu dari kami berhenti di
sini, ia di panggil Sang kuasa di
tempat ini.
Walau sebenarnya tak tega ia meninggalkan
kami
bertiga,
meskipun begitu, tawanya kan selalu berada
di benak kami hingga kami dewasa
nanti.

Hingga duduk di bangku SMA,
tempat ini masih kerap
Kami kunjungi. Meski hanya di
akhir tahun.

Detik ini, tempat ini telah tertutup
tembok yang mengelilinginya.
tembok dan pagar, serta tulisan
(dilarang bermain di area ini)
berada hampir di setiap sisi
bangunan ini. .
Rapat sekali, seperti nasi dalam
sebuah rescooker,
meski tak heran Saat ini aku bisa
masuk ketempat yg sepi ini dan duduk sendiri di area ini. Karena
disinii tanah tumpah darahku dulu, yang
sudah tak asing lagi buatku
melakukan banyak trick agar bisa masuk kesinii.

"aku sedang menangis sendiri disini, dimana saat ini kalian kawan?
apa kalian tak ingin mengunjungi tempat ini lagi?"

walaupun
aku lebih suka bangunan yang dulu,
yang tidak mewah, tidak megah
dan penuh mimpi didalamnya.
Semoga kedepan, nanti. Tempat ini
masih abadi untuk anak cucu kami
sebagai saksi keberadaan kami
berempat,
deary, 22 November 2010