Bakau adalah
ekosistem yang berperan penting dalam keseimbangan lingkungan. Akar
bakau mempunyai fungsi sebagai penyangga tanah sehingga dapat
menghindari erosi. Dengan demikian, bakau perlu dilestarikan guna
menjaga keseimbangan alam, khususnya daerah pesisir pantai. Sayangnya,
masyarakat kurang menyadari akan arti penting bakau bagi kehidupan.
Minimnya pengetahuan masyarakat menimbulkan ketidakacuhan masyarakat
pada ekosistem yang satu ini. Bakau hanya dianggap sebagai tanaman yang
selayaknya tumbuh di pantai tanpa arti tertentu.
Hal inilah yang
menjadi kekhawatiran mahasiswa KKN universitas PGRI Semarang Kecamatan
Tugu. Ekosistem bakau yang nyaris punah menggugah mereka sebagai kaum
akademis muda untuk mensosialisasikan makna pentingnya bakau bagi
kehidupan. Hal ini mereka wujudkan dalam kegiatan posdaya KKN Kecamatan
Tugu yang mereka harapkan bukan hanya sebagai formalitas kegiatan
pengisi kuliah kerja nyata, namun benar-benar sebagai wujud nyata yang
bermanfaat.
Kepedulian mereka
akan bakau bukan hanya diwujudkan melalui sosialisasi, namun juga dalam
aksi nyata berupa penanaman 10.000 bibit bakau di Kecamatan Tugu. Dalam
kegiatan ini, panitia menggandeng pula Komunitas Prenjak (pecinta
lingkungan dan penggiat tanaman mangrove) untuk turut berpartisipasi.
Puncak acara yang akan digelar di desa Tapak, Kecamatan Tugu pada hari
Minggu, 1 Maret 2015 ini bertajuk Mangrove Education Festival. Acara tersebut akan diisi dengan sosialisasi pentingnya bakau bagi lingkungan hidup bagi masyarakat, pelajar, dan mahasiswa.
“Slogan save mangrove for future
dalam acara ini sesuai sekali dengan tema KKN kami yaitu mensukseskan
Semarang sebagai kota layak anak. Maka, selain sosialisasi dan edukasi
mangrove tentang pentingnya bakau bagi kehidupan, acara ini juga akan
dimeriahkan dengan lomba mewarnai bertema lingkungan mangrove yang
diikuti oleh anak-anak PAUD dan TK di Kecamatan Tugu serta pameran expo
posdaya KKN tiap kelurahan di kecamatan Tugu,” tutur Arif Budi Mawardi,
koordinator kelompok KKN kelurahan Jerakah, Kecamatan Tugu.
Melalui kegiatan
ini, para mahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang kecamatan Tugu ingin
menanamkan arti pentingnya mangrove di pesisir pantai melalui anak-anak,
“anak-anak adalah calon agen pembangun bangsa. Maka, merekalah harapan
kita,” sambung Arif.
Penanaman 10.000
bibit mangrove oleh warga sekitar dan mahasiswa KKN ini pada mulanya
akan dihadiri oleh Rektor Universitas PGRI Semarang. Namun, karena ada
kepentingan yang mendesak, kegiatan ini tetap dilaksanakan tanpa orang
penting yang mereka undang. “Yang lebih penting adalah manfaat dan masa
depan Semarang yang lebih baik. Jika kami dapat memberikan hal yang
berguna bagi Semarang, tentu bukan hanya Rektor UPGRI saja yang senang
namun seluruh masyarakat Jawa Tengah,” tutur Suta Hayu Widagdo, salah
satu panitia kegiatan dengan semangat.
“Satu-satunya
ekosistem Mangrove di Semarang berada di Kecamatan Tugu. Maka, jangan
sampai ekosistem yang penting ini musnah. Kita harus mempertahankan dan
mengembangkannya,” tutup Suta.
Sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan/2015/02/27/kkn-upgri-save-mangrove-for-future-726754.html